Metode hazton ini ditemukan oleh Bapak Anton Kamarudin, Sp., Msi., seorang PPL dari Dinas Kalimantan Barat dengan arahan dari Bapak Ir. H. Hazairin, MS, Kepala Dinas Kalimantan Barat. Metode hazton ini adalah gabungan dari nama dua orang tersebut.
Metode ini memang digadang-gadang sanggup untuk meningkatkan produksi padi hingga 100 persen dari hasil sebelumnya. berhasil dikembangkan di sejumlah areal pertanian di Kalbar. Yakni di Kabupaten Pontianak, Sambas, Kubu Raya dan Kayong Utara.
Pada metode lain biasanya menanam dari bibit yang ada kemudian dipindahkan dan dibagi-bagi lagi, sehingga hanya 3-4 tanaman yang ditanam. Bibit yang ingin ditanam tidak dibagi-bagi dan langsung ditanam hingga mencapai 20-25 tanaman dan sistem pencabutannya dari tempat pembibitan harus hati-hati usahakan akarnya tidak banyak putus. Pada metode ini bisa menggunakan media dengan polybag, pot, atau lahan sempit. Metode Hazton pertama kali diuji coba pada 2012. Jika umumnya padi yang ditanam dengan metode biasa dipanen dalam waktu 115 hari, dengan metode ini waktu panen padi bisa 15 hari lebih cepat dari waktu panen dengan metode biasa.
Metode hazton ini umumnya menggunakan bibit padi yang lebih tua. Alasannya, bibit padi yang semakin tua akan lebih tahan terhadap penyakit. Metode Hazton menggunakan benih tua yang berumur 25-35 hari, dengan penanaman sebanyak 20-30 rumpun perlubang tanam. Dengan cara ini maka seluruh rumpun tanaman adalah merupakan tanaman induk. Diharapkan, secara keseluruhan akan menjadi indukan produktif, karena bibit berada di posisi tengah dan terjepit sehingga bibit akan cenderung tidak menghasilkan anakan, sehingga lebih produktif.
Gambar: tanaman padi mekongga dengan sistem
hazton (kiri) dan Konvensional (kanan) |
Keunggulan dengan metode ini tentu saja hasil produksi yang meningkat. Namun, ada beberapa keuntungan lain, yaitu penanamannya mudah, tanaman cepat beradaptasi dan tidak stress. Karena bibit yang digunakan bibit tua, maka tanaman ini lebih tahan terhadap hama keong dan orong-orong, ketahanan bibit ini akan meminimalisir penyulaman, selain itu juga menimlalisir untuk penyiangan. Jadi, karena rumpun padi Hazton ini sangat rapat sehingga tidak memberi kesempatan pada gulma untuk ikut tumbuh diantara tanaman padi. Karena penyulaman dan penyiangan ini dapat di minimalisir maka otomatis metode ini juga menghemat biaya tenaga kerja juga.
Selain itu teknologi ini dapat mempercepat masa panen (-/+ 15 hari lebih cepat dibanding usia normal), mutu gabah tinggi (persentase hampa rendah), serta menghasilkan beras yang berkualitas tinggi (rendemen beras kepala tinggi, persentase beras pecah rendah). Jumlah bibit banyak dan ditanam rapat lebih rimbun dan cepat keluar malai. Malai akan keluar relative serempak.
Secara konsep pengolahan tanah Metode hazton tidak banyak berbeda dengan metode yang lain. Namun, kami selalu menyarankan untuk tidak membakar jerami sisa panen, mengapa? karena jerami tersebut jika terdekomposisi dengan baik maka akan sangat membantu dalam memberikan tambahan asupan nutrisi untuk tanaman padi.
Langkah-langkah metode hazton:
1. Persiapan Lahan
Pertama, rumput/jerami dibersihkan (dipotong atau dengan herbisida) kemudian lakukan pengolahan tanah, sekaligus aplikasikan pupuk organik/kandang sebanyak 500-1.000 kg/Ha dan SP- 36 sebanyak 150 kg/ha.
2. Sterilisasi Lahan
Proses sterilisasi lahan tanam dapat dilakukan dengan menggunakan 1 sachet DECOPRIMA (100 gr), dilarutkan dalam 1-2 liter air didiamkan selama 3-6 jam kemudian diencerkan untuk 100 liter air, dan disemprotkan merata menggunakan sprayer di jerami yang telah disebarkan merata di lahan. Pastikan kondisi jerami tetap lembab/berair (macak-macak) supaya proses dekomposisi berjalan optimum. Keperluan untuk 1 ha sawah = 400 liter/ha (4-5 saset).
3. Persiapan Benih
Benih padi yang dibutuhkan adalah sekira 100-120 kg/ha, dan pilihlah benih unggul.
4. Imunisasi Benih
Benih direndam dengan air yang dicampur BactoPlus Padi selama 24 jam. Satu tablet BactoPlus Padi untuk 5-10 kg gabah.
5. Pemeraman Benih
Setelah diperam dalam karung goni lembab selama 24-48 jam, benih tumbuh tunas dan akar siap ditabur/disemai di pesemaian. Kemudian benih yang sudah diperam (sudah keluar akar) ditabur merata di bedengan pesemaian.bAgar terhindar serangan burung, benih yang telah ditabur dipukul-pukul/dibenamkan sedikit di dalam lumpur.
6. Imunisasi Padi di Pesemaian (saat umur 7-15 hari setelah semai)
Proses ini menggunakan 1 tablet Bactoplus kemudian dilarutkan 100 cc air, dibiarkan 6-12 jam, dicampur air 15 liter (1 tangki semprot).
7. Umur Bibit
Umur bibit 25-30 hari ditanam dengan 20-30 bibit/lubang
8. Jarak Tanam
Jarak tanamn padi menggunakan Sistem Jajar Legowo (4:1, 2:1). Jarak tanam 25x20/40.
9. Pemupukan
Aplikasi pupuk urea 50 kg dan NPK 50 kg pada umur 5-7 hari setelah tanam
Aplikasikan PPC (Pupuk Pelengkap Cair) pada umur 7, 17, 27 dan 37 hari setelah tanam.
Aplikasi probiotik Bactoplus Padi pada umur padi: 12, 24, dan 45 hst. Dapat dicampur dengan insektisida (Bahan aktif : Abamiktin 2 cc/liter)
Aplikasi Pupuk Susulan: Pupuk Urea 50 kg, NPK 100 kg, dan KCl 50 kg pada umur 25 hari setelah tanam.